Menu

Mode Gelap
Beredar Diduga Rekaman Percakapan Ridwan Kamil Dengan Lisa Mariana, Bahas Tes DNA Anak TNI dan Kekerasan: Peradilan Militer Dituding Tak Beri Efek Jera Toleransi Sebagai Pondasi Persatuan, GMKI Samarinda Serukan Aksi Nyata Akademisi Dukung Komitmen Polri dalam Penyelidikan serta Penyidikan Pilkada 2024 Semakin Dekat, Peradah Kaltim Meminta Masyarakat Tetap Bersatu di Tengah Perbedaan

Nasional · 10 Jan 2024 19:27 WIB ·

Survei JRC Sebut Elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50,3 persen


 Survei JRC Sebut Elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50,3 persen Perbesar

Jakarta – Direktur Komunikasi Jakarta Research Center (JRC) Alfian P. mengatakan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuiming Raka naik hingga menembus 50,3 persen berkat pergeseran pemilih dari kalangan nasionalis.

“Sebagian besar pemilih dari segmen nasionalis cenderung memilih pasangan Prabowo-Gibran, terbukti dari tingginya elektabilitas yang mencapai 50,3 persen, jauh di atas Ganjar-Mahfud,” kata Alfian dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut survei yang dilakukan JRC, pasangan calon lain dari kalangan nasionalis, yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud MD, hanya mendapat 18,4 persen responden.

Pasangan Ganjar-Mahfud hanya bisa mendapatkan ceruk pemilih dari partai pengusungnya, yakni PDI Perjuangan, yang notabene merupakan partai nasionalis utama.

Menurut Alfian, pemilih nasionalis yang moderat lebih banyak melabuhkan pilihannya kepada Prabowo-Gibran yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM). Beberapa anggota KIM, seperti Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, dan PSI, mewakili segmen pemilih nasionalis dan Islam perkotaan.

Sementara itu, Islam modernis yang didukung kalangan tradisional dan nasionalis lainnya mengarahkan dukungan kepada pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Alfian mengatakan para pemilih nasionalis moderat tersebut melihat potensi kemenangan Prabowo-Gibran untuk mencegah terjadinya polarisasi, seperti yang pernah terjadi dalam beberapa kali pemilu sebelumnya.
​​​​​​​
“Trauma yang cukup mendalam terhadap politik identitas, terutama pada momentum Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, membuat segmen pemilih nasionalis berbondong-bondong mendukung Prabowo-Gibran yang peluangnya lebih besar untuk menang pada Pilpres 2024,” katanya.
​​​​​​​
Dukungan yang diberikan Presiden Jokowi, dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai pendamping Prabowo, mampu meyakinkan mereka soal pilihan tersebut. Hasilnya, dukungan terhadap Prabowo-Gibran menguat hingga berpeluang kuat memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.
​​​​​​​
“Perpecahan yang terjadi antara Jokowi dan Megawati membuat dukungan terhadap Ganjar-Mahfud melemah. Sehingga, elektabilitas Ganjar yang sebelumnya cukup tinggi merosot drastis ketika sudah berpasangan dan didaftarkan ke KPU,” jelasnya.

Dukungan utama terhadap pasangan Ganjar-Mahfud terkonsentrasi pada pemilih PDI Perjuangan, di mana terlihat dari irisan antara elektabilitas pasangan calon itu dengan partai pengusungnya. Partai-partai lain anggota koalisi hanya menyumbang sedikit dukungan bagi Ganjar-Mahfud.

Dalam sejumlah kesempatan, elite PDI Perjuangan bahkan membuka wacana untuk menggalang aliansi dengan kubu Anies-Muhaimin jika Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
​​​​​​​
“Sikap politik PDI Perjuangan makin membuat frustrasi kalangan nasionalis melihat manuver yang terasa sudah di luar nalar itu,” kata Alfian.
​​​​​​​
Langkah politik yang diambil kubu Ganjar dan PDI Perjuangan terkesan sangat pragmatis dan hanya demi kepentingan elektoral semata.

“PDI Perjuangan bertekad untuk menang ketiga kalinya atau mencetak hattrick dan kembali mengalahkan capres yang diusung oleh Gerindra,” tambahnya.

Padahal, lanjutnya, dalam perkembangan terkini, Ganjar-Mahfud sudah jauh tertinggal dan dominasi PDI Perjuangan diprediksi segera berakhir.

“Tingginya elektabilitas Prabowo-Gibran memberikan coattail effect (efek ekor jas) bagi Gerindra, sehingga berpeluang menggeser PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 2024,” ujar Alfian.

Jika kubu Ganjar dan PDI Perjuangan tidak mengubah perspektif dan strategi, menurut dia, maka bisa jadi elektabilitas keduanya bakal makin melorot hingga hari pencoblosan, karena makin besarnya pemilih nasionalis yang meninggalkan dan beralih mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

Survei JRC itu dilakukan pada tanggal 26-31 Desember 2023 secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
​​​​​​​
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menerima pendaftaran tiga bakal pasangan capres-cawapres, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
​​​​​​​
Masa kampanye pemilu ditetapkan mulai tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, sementara pemungutan suara dijadwalkan pada tanggal 14 Februari 2024.

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Permenpora No 14/2024: KONI Tersingkir dari Panggung Olahraga Nasional?

6 Juli 2025 - 20:08 WIB

Hasanudin: Polri Mitra Strategis Lembaga Adat Paser dalam Menjaga Harmoni Sepaku

6 Juli 2025 - 08:02 WIB

HUT ke-79 Bhayangkara, Otorita IKN Puji Sinergi Polri dalam Pemberdayaan Masyarakat

6 Juli 2025 - 07:54 WIB

HUT Bhayangkara ke-79, Ketua Pengadilan Agama Penajam Apresiasi Dedikasi Polri

6 Juli 2025 - 07:40 WIB

Raup Muin: Polri Semakin Presisi, DPRD PPU Dukung Kinerja Bhayangkara

6 Juli 2025 - 07:21 WIB

Ketua Umum MUI PPU KH. Abu Hasan Mubarok: Polri Pilar Keamanan dan Mitra Umat

6 Juli 2025 - 06:40 WIB

Trending di Berita